1. Jika seseorang lelaki meminati wanita, wanita itu tidak semestinya cantik. Cukup dengan budi bahasa dan kesopanan yang tinggi. Malah lelaki boleh menyukai wanita yang mempunyai banyak persamaan dengannya sama ada dari segi pemikiran atau minat. Oleh itu, banyak yang boleh dibualkan atau dikongsi bersama.
2. Lelaki memang dilahirkan dengan perasaan yang kuat terhadap wanita. Sebab itu mereka suka melihat wanita, menjeling wanita atau mencuci mata di tepi pantai atau di kolam mandi.
3. Biar betapa hebat pun seseorang lelaki itu bersikap romeo dan berasmara dengan ramai wanita, dia tetap hanya ada seorang teman wanita yang istimewa dan yang lain hanya kawan.
4. Apabila seorang wanita meminati seorang lelaki, wanita itu patut tunjukkan isyarat. Manalah tahu lelaki itu juga menaruh minat. Senang usahanya nanti.
MENCARI SINAR KEBAHAGIAAN
Khamis, April 27, 2017
RENUNGAN
Tidak ada "orang baik" yang tidak punya masa lalu,
Dan tidak ada "orang jahat" yang tidak punya masa depan.
Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berubah menjadi lebih baik.
Bagaimanapun masa lalunya dahulu, sekelam apa lingkungannya dulu, dan seburuk apa perangainya di masa lampau.
Berilah kesempatan seseorang untuk berubah.
Karena, seseorang yang "hampir membunuh Rasul" pun kini berbaring di sebelah makam beliau. : Umar bin Khattab.
Jangan melihat seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang pernah berperang melawan agama Allah pun akhirnya menjadi pedang-nya Allah : Khalid bin Walid
Jangan memandang seseorang dari status dan hartanya, karena sepatu emas fir'aun berada di neraka, sedangkan terompah Bilal bin rabah terdengar di syurga.
Intinya,
Jangan memandang remeh seseorang karena masa lalu dan lingkungannya, karena bunga teratai tetap mekar cantik meski tinggal di air yang kotor.
Maka untuk jadi hebat yang diperlukan adalah kuatnya tekad.
Tak perlu pusingkan masa lalu, tak perlu malu dengan tempat asalmu, jika kau mau.
Kau bisa menjadi laksana bunga teratai yang tinggal di air yang kotor namun tetap mekar mengagumkan.
Berubah dan bangkit jauh lebih indah dari pada diam dan hanya bermimpi tanpa melakukan tindakan apapun.
INGATLAH!!!
Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki, dari mana kita belajar ikhlas...
Jika semua yang kita impikan segera terwujud, darimana kita belajar Sabar...
Jika setiap do’a kita terus dikabulkan, bagaimana kita dapat belajar Ikhtiar...
Seorang yang dekat dengan Allah, bukan berarti tidak ada air mata..
Seorang yang tekun berdo’a, bukan berarti tidak ada masa² sulit..
Biarlah Sang Penyelenggara Hidup yang berdaulat sepenuhnya atas kita, karena hanya Dia-lah yang tahu waktu dan kondisi yang tepat untuk memberikan yang Terbaik..
Tetap SEMANGAT…
Tetap SABAR…
Tetap IKHLAS…
Tetap SYUKUR...
Tetap Bedo"a...
Karena kamu sedang kuliah di universitas kehidupan...
Orang yang Hebat tidak dihasilkan melalui Kemudahan, Kesenangan, dan Kenyamanan...
Mereka dibentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN dan bahkan AIR MATA..
GANTUNGKAN SEPENUHNYA HIDUP KITA HANYA KEPADA NYA.
Tidak ada "orang baik" yang tidak punya masa lalu,
Dan tidak ada "orang jahat" yang tidak punya masa depan.
Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berubah menjadi lebih baik.
Bagaimanapun masa lalunya dahulu, sekelam apa lingkungannya dulu, dan seburuk apa perangainya di masa lampau.
Berilah kesempatan seseorang untuk berubah.
Karena, seseorang yang "hampir membunuh Rasul" pun kini berbaring di sebelah makam beliau. : Umar bin Khattab.
Jangan melihat seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang pernah berperang melawan agama Allah pun akhirnya menjadi pedang-nya Allah : Khalid bin Walid
Jangan memandang seseorang dari status dan hartanya, karena sepatu emas fir'aun berada di neraka, sedangkan terompah Bilal bin rabah terdengar di syurga.
Intinya,
Jangan memandang remeh seseorang karena masa lalu dan lingkungannya, karena bunga teratai tetap mekar cantik meski tinggal di air yang kotor.
Maka untuk jadi hebat yang diperlukan adalah kuatnya tekad.
Tak perlu pusingkan masa lalu, tak perlu malu dengan tempat asalmu, jika kau mau.
Kau bisa menjadi laksana bunga teratai yang tinggal di air yang kotor namun tetap mekar mengagumkan.
Berubah dan bangkit jauh lebih indah dari pada diam dan hanya bermimpi tanpa melakukan tindakan apapun.
INGATLAH!!!
Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki, dari mana kita belajar ikhlas...
Jika semua yang kita impikan segera terwujud, darimana kita belajar Sabar...
Jika setiap do’a kita terus dikabulkan, bagaimana kita dapat belajar Ikhtiar...
Seorang yang dekat dengan Allah, bukan berarti tidak ada air mata..
Seorang yang tekun berdo’a, bukan berarti tidak ada masa² sulit..
Biarlah Sang Penyelenggara Hidup yang berdaulat sepenuhnya atas kita, karena hanya Dia-lah yang tahu waktu dan kondisi yang tepat untuk memberikan yang Terbaik..
Tetap SEMANGAT…
Tetap SABAR…
Tetap IKHLAS…
Tetap SYUKUR...
Tetap Bedo"a...
Karena kamu sedang kuliah di universitas kehidupan...
Orang yang Hebat tidak dihasilkan melalui Kemudahan, Kesenangan, dan Kenyamanan...
Mereka dibentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN dan bahkan AIR MATA..
GANTUNGKAN SEPENUHNYA HIDUP KITA HANYA KEPADA NYA.
Jumaat, September 28, 2012
INDAHNYA SABAR
Hikmah di sebalik musibah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menghendaki hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka Allah segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan untuknya maka Allah akan menahan hukumannya sampai akan disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)
Di dalam hadis yang agung ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan bahwa ada kalanya Allah ta’ala memberikan musibah kepada hamba-Nya yang beriman dalam rangka membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran dosa yang pernah dilakukannya selama hidup. Hal itu supaya nantinya ketika dia berjumpa dengan Allah di akhirat maka beban yang dibawanya semakin bertambah ringan.
Demikian pula terkadang Allah memberikan musibah kepada sebahagian orang akan tetapi bukan karena rasa cinta dan pemuliaan dari-Nya kepada mereka namun dalam rangka menunda hukuman mereka di alam dunia sehingga nanti pada akhirnya di akhirat mereka akan menyesal dengan tumpukan dosa yang sedemikian besar dan begitu berat beban yang harus dipikulnya ketika menghadap-Nya. Di saat itulah dia akan merasakan bahawa dirinya memang benar-benar layak menerima seksaan Allah. Allah memberikan kurnia kepada siapa saja dengan keutamaan-Nya dan Allah juga memberikan hukuman kepada siapa saja dengan penuh keadilan. Allah tidak perlu ditanya tentang apa yang dilakukan-Nya, namun mereka -para hamba- itulah yang harus dipertanyakan tentang perbuatan dan tingkah laku mereka.
Kenapa perlu bersabar?
Kerana di hujung jalan kesabaran itu, terdapat kesudahan yang dibanjiri dengan nikmat-nikmat kesempurnaan.
al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah memiliki hak untuk diibadahi oleh hamba di saat tertimpa musibah, sebagaimana ketika dia mendapatkan kenikmatan.” Beliau juga mengatakan, “Maka sabar adalah kewajipan yang selalu melekat kepadanya, dia tidak boleh keluar darinya untuk selama-lamanya. Sabar merupakan penyebab untuk meraih segala kesempurnaan.”
Firman Allah,
“Dan orang yang sabar kerana mengharapkan keredhaan Tuhan mereka semata-mata, dan mendirikan sembahyang, serta mendermakan dari apa yang Kami kurniakan kepada mereka, secara sembunyi atau secara berterang-terang dan mereka pula menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) syurga-syurga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedang malaikat masuk ke tempat mereka dar semua pintu; (sambil mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu,”
(Ar-Ra’d; 13: 22-24)
Bersabar…bersabar…dan berdoalah!
Apabila kita ditimpa musibah, banyakkan bermohon kepada Allah. Berdoalah tanpa jemu. Mintalah daripadanya. Tidak kiralah walau cepat atau lambat termakbulnya doa itu, jangan sedikitpun timbul rasa putus asa. Apabila hamba-Nya berdoa,Allah s.w.t mempunyai 3 jawapan pada Doa’:
Pertama: Ya
Kedua: Ya, tapi bukan sekarang.
Ketiga: Ada perancangan yang lebih baik untuk dirimu
Tidak ada yang ‘tidak’, teruskan berusaha dan berdoa.
Wahai jiwa hamba, percayalah pada-Nya…
Setelah kita mengetahui betapa indahnya sabar, maka sekarang pertanyaannya adalah: sudahkah kita mewujudkan nilai-nilai kesabaran ini dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menjadikan sabar sebagai rukun kebahagiaan kita? Sudahkah sabar mewarnai hati, lisan, dan gerak-geri anggota badan kita?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menghendaki hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka Allah segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan untuknya maka Allah akan menahan hukumannya sampai akan disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)
Di dalam hadis yang agung ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan bahwa ada kalanya Allah ta’ala memberikan musibah kepada hamba-Nya yang beriman dalam rangka membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran dosa yang pernah dilakukannya selama hidup. Hal itu supaya nantinya ketika dia berjumpa dengan Allah di akhirat maka beban yang dibawanya semakin bertambah ringan.
Demikian pula terkadang Allah memberikan musibah kepada sebahagian orang akan tetapi bukan karena rasa cinta dan pemuliaan dari-Nya kepada mereka namun dalam rangka menunda hukuman mereka di alam dunia sehingga nanti pada akhirnya di akhirat mereka akan menyesal dengan tumpukan dosa yang sedemikian besar dan begitu berat beban yang harus dipikulnya ketika menghadap-Nya. Di saat itulah dia akan merasakan bahawa dirinya memang benar-benar layak menerima seksaan Allah. Allah memberikan kurnia kepada siapa saja dengan keutamaan-Nya dan Allah juga memberikan hukuman kepada siapa saja dengan penuh keadilan. Allah tidak perlu ditanya tentang apa yang dilakukan-Nya, namun mereka -para hamba- itulah yang harus dipertanyakan tentang perbuatan dan tingkah laku mereka.
Kenapa perlu bersabar?
Kerana di hujung jalan kesabaran itu, terdapat kesudahan yang dibanjiri dengan nikmat-nikmat kesempurnaan.
al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah memiliki hak untuk diibadahi oleh hamba di saat tertimpa musibah, sebagaimana ketika dia mendapatkan kenikmatan.” Beliau juga mengatakan, “Maka sabar adalah kewajipan yang selalu melekat kepadanya, dia tidak boleh keluar darinya untuk selama-lamanya. Sabar merupakan penyebab untuk meraih segala kesempurnaan.”
Firman Allah,
“Dan orang yang sabar kerana mengharapkan keredhaan Tuhan mereka semata-mata, dan mendirikan sembahyang, serta mendermakan dari apa yang Kami kurniakan kepada mereka, secara sembunyi atau secara berterang-terang dan mereka pula menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) syurga-syurga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedang malaikat masuk ke tempat mereka dar semua pintu; (sambil mengucapkan), “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu,”
(Ar-Ra’d; 13: 22-24)
Bersabar…bersabar…dan berdoalah!
Apabila kita ditimpa musibah, banyakkan bermohon kepada Allah. Berdoalah tanpa jemu. Mintalah daripadanya. Tidak kiralah walau cepat atau lambat termakbulnya doa itu, jangan sedikitpun timbul rasa putus asa. Apabila hamba-Nya berdoa,Allah s.w.t mempunyai 3 jawapan pada Doa’:
Pertama: Ya
Kedua: Ya, tapi bukan sekarang.
Ketiga: Ada perancangan yang lebih baik untuk dirimu
Tidak ada yang ‘tidak’, teruskan berusaha dan berdoa.
Wahai jiwa hamba, percayalah pada-Nya…
Setelah kita mengetahui betapa indahnya sabar, maka sekarang pertanyaannya adalah: sudahkah kita mewujudkan nilai-nilai kesabaran ini dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menjadikan sabar sebagai rukun kebahagiaan kita? Sudahkah sabar mewarnai hati, lisan, dan gerak-geri anggota badan kita?
Sabtu, Julai 07, 2012
JANGAN SOMBONG DENGAN TAKDIR
TULISAN USTAZ PAHROL MOHD. JUOI
Jika hendak dikirakan ’beriman’ dengan Allah, iblis laknatullah sepatutnya lebih tinggi imannya kepada Allah. Masakan tidak, dia pernah berdialog dengan Allah (dialog yang telah dirakamkan dalam Al Quran). Dia percaya kepada syurga dan neraka. Bukan sahaja percaya bahkan telah melihatnya. Syaitan yakin tentang adanya Hari Pembalasan.. Hendak diukur dari segi ibadah, ya ibadah iblis begitu hebat. Puluhan ribu tahun sujud, rukuk dan membesarkan Allah hingga terlantik sebagai ketua malaikat. Cuma satu… syaitan kecundang kerana tidak dapat menerima takdir Allah.
Takdir yang menentukan Adam dipilih menjadi Khalifah dan dia diperintahkan sujud lambang hormat kepada Allah dalam mentaati Allah. Syaitan tidak boleh menerima takdir ini.. Mengapa dia yang dijadikan daripada api (sedangkan Adam hanya daripada tanah), mengapa dia yang lebih ’senior’ dalam ibadah dan hiraki kepimpinan tidak terpilih menjadi khalifah, sedangkan Adam hanya ’pendatang’ baru yang diciptakan terkemudian?
Iblis sombong kerana tidak menerima ketentuan takdir. Dan dia terhina kerana itu. Lalu kita siapa yang mampu menidak dan meminggirkan takdir? Allah, itu Maha Besar, qudrat dan iradatnya tidak akan mampu kita nafikan. Jika cuba menafikan, kita akan terhina… seperti terhina iblis. Dilaknat dan dimasukkan ke neraka… kerana gugur sifat kehambaannya!
Dalam episod hidup, takdir datang menguji kita. Mengapa aku mendapat suami yang begini? Mengapa isteriku tidak sebegitu? Kenapa ketua ku orang semacam dia? Kenapa anak ku cacat? Mengapa isteri tersayang ku pergi dulu? Kenapa aku tidak kaya-kaya lagi walaupun telah berusaha. Bila masalah melanda kita merasakan kitalah yang paling menderita. Mengapa aku yang tertimpa nasib begini? Mulut berbicara mengaku Allah itu Tuhan kita tetapi mengapa kehendak-Nya kita tidak rela? Benarnya, masalah, ujian dan cabaran dalam hidup itu sangat berkaitan dengan iman.
Iman iblis hancur berderai bila diuji dengan takdir. Ego terpendamnya selama ini terserlah. Terbakar hangus seluruh ibadah yang dibinanya ribuan tahun. Aduh, bagaimana pula kita yang iman hanya setipis kulit bawang dan ibadah yang hanya sekelumit ini? Pujuklah hati, terima takdir itu dengan rela. Katakan, ya Allah… sungguh sakit, sungguh perit, tapi apakan daya, aku hambaMu, Kau lebih tahu apa yang terbaik untukku berbanding diriku sendiri. Ya Allah, jangan Kau serahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekelip mata. Tadbirku seluruh dan sepenuh sujud pada takdir MU.
Takdir sentiasa mengatasi tadbir. Takdir daripada Allah, sedangkan tadbir hanya dari kita hamba-Nya. Kekadang takdir dan tadbir selari, maka terjadilah apa yang kita inginkan terjadi. Namun acapkali takdir dan tadbir bersalahan, maka terjadilah apa yang kita tidak inginkan. Kita ingin putih, hitam pula yang menjelama. Kita dambakan kejayaan, kegagalan pula yang menimpa. Ketika itu hati akan bertanya, apa lagi yang tidak kena? Semuanya telah kutadbirkan, tetapi kenapa gagal jua? Ketika itu timbullah bunga-bungan ’pemberontakan’ dari dalam diri hamba yang kerdil berdepan dengan Tuhan yang Perkasa. Samada di sedari atau tanpa disedari…
Takdir daripada Allah mengandungi banyak hikmah. Ia mengandungi mehnah (didikan langsung dari Allah) yang kekadang tersembunyi daripada pengamatan fikiran biasa. Ilmu semata-mata tanpa iman yang kuat, akan menyebabkan kita terkapa-kapa dalam ujian hidup tanpa pedoman yang tepat. Justeru dengan akal semata-mata kita tidak akan dapat meringankan perasaan pada perkara-perkara yang tidak sejalan dengan diri dan kehendak kita. Mengapa terjadi begini? Sedangkan aku telah berusaha?
Untuk mengelakkan hal itu terjadi maka kita mesti berusaha mencari-cari hikmah-hikmah yang terkandung dalam ketentuan (takdir) Tuhan. Ya, hanya manusia yang sempurna akal (ilmu) dan hati (iman) sahaja dapat menjangkau hikmah yang terkandung di dalam cubaan dan bala yang menimpa duirinyanya. Kata orang, hanya jauhari mengenal manikam.
Orang yang begini akan menjangkau hikmah di sebalik takdir. Dapat melihat sesuatu yang lebih tersirat di sebalik yang tersurat. Ya, mereka tidak akan beranggapan bahawa sifat lemah-lembut Allah lekang daripada segala bentuk takdir-Nya – samada yang kelihatan positif atau negatif pada pandangan manusia. Ertinya, mereka merasai bahawa apa jua takdir Allah adalah bermaksud baik. Jika sebaliknya, mereka merasakan bahawa Tuhan bermasud jahat dalam takdir-Nya, maka itu petanda penglihatan hati tidak jauh, dan akalnya pendek.
Mengapa terjadi demikian? Sebab iman belum mantap, keyakinan masih lemah dan tidak kenal Allah dalam ertikata yang sebenarnya. Bila ketiga-tiga faktor itu sempurna, maka barulah sesorang itu mampu melihat bahawa di dalam cubaan dan bala yang ditakdirkan mengandungi hikmah-hikmah yang baik. Hanya dengan itu, seseorang itu akan merasa senang dan bahagia dalam menghadapi sebarang ujian dalam hidupnya.
Bagaimana kita dapat meringankan beban hati ketika menghadapi ujian hidup? Ya, hanya pertalian hati seorang hamba dengan Allah sahaja yang menyebakan ringannya ujian dan cubaan. Hati yang disinar dengan cahaya Allah dan cahaya sifat-sifat-Nya akan berhubung dengan Allah. Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendak dikenal bahawa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahawa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.
Bila kita kenal Allah Maha Pengasih dan Penyayang, kita tak boleh buruk sangka kepada Allah dengan menganggap apa yang ditakdirkan (ujian) itu adalah sesuatu yang tidak baik. Iktikad (yakin) kita semua ketentuan Allah itu adalah baik – ujian itu pasti ada muslihat yang tersembunyi untuk manusia, akan menyebabkan hati terubat. Walaupun pahit, ditelan jua. Sematkan di hati bahawa pilihan Allah untuk kita adalah yang terbaik tapi kita tidak atau belum mengetahuinya. Bila terjadi nanti, barulah kita tahu.
Katalah kita ditimpa penyakit atau kegagalan… itu mungkin pada hakikatnya baik pada suatu waktu nanti. Betapa ramai, mereka yang sakit, tetapi akhirnya mendapat pengajaran yang besar di sebalik kesakitannya. Contohnya, apa yang berlaku kepada Cat Steven… yang sakitnya itulah yang menyebabkan beliau mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam? Dan betapa ramai pula yang gagal pada mulanya tetapi dengan kegagalan itu bangkit jiwa juang yang lebih kental yang akhirnya membuah kejayaan? Hingga dengan itu masyhurlah kata-kata bahawa kegagalan itu hakikatnya adalah kejayaan yang ditangguhkan!
Para ahli hikmah (bijaksana) merumuskan bahawa, antara hikmah ujian ialah, hati akan lebih tumpuan kepada Allah. Dengan ujian, seseorang akan dapat menambah tumpuan dan penghadapannya kepada Allah. Sebab bala dan ujian bertentangan dengan kehendak, keinginan dan syahwat manusia, seperti sakit, rugi, miskin dan lain-lain. Dengan ini nafsu akan terdesak, tidak senang dan ingin lepas daripada ujian. Bila nafsu terdesak, ia akan terdidik secara langsung. Ia akan tertekan dan menjadi jinak. Hakikat ini akan membuka pintu rahmat Allah kerana nafsu yang liar sangat mengajak kepada kejahatan. Bila nafsu hilang kekuatannya maka manusia tidak akan jatuh ke lembah dosa dan maksiat dengan mudah.
Hati tidak dapat tidak mesti bersabar. Hati akan terdidik untuk redha dan tawakal, kerana yakin Qada dan Qadar Allah pasti berlaku. kerana manusia harus terima, tidak boleh menolak ujian itu. Hamba yang soleh menanggung Qadar dengan sabar (bahkan) gembira dengan pilihan Allah. (Ujian adalah pilihan Allah bukan pilihan manusia). Tidak ada pilihan Allah yang tidak baik. Semuanya baik belaka.
Hakikat ini akan menyebabkan kita akan lebih mendekat kepada agama. Hikmah ini walaupun sebesar atom tetapi bila melekat di hati kebaikannya lebih tinggi dari amal lahiriah walaupun sebesar gunung. Justeru, bila hati baik semua anggota badan menjadi baik. Inilah yang ditegaskan oleh Allah menerusi firman-Nya:
“…Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedangkan sesuatu itu merosakkan kamu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak tahu.” Surah Al Baqarah : 216
Sesungguhnya, dalam ujian Allah terselit nikmat-Nya. Mungkin kita tertanya-tanya apakah nikmatnya bila sakit, miskin, gagal, dihina dan sebagainya? Hendaklah kita faham bahawa nikmat di sisi Allah itu terbahagi dua. Pertama, nikmat lahir. Dan kedua, nikmat batin (rohaniah). Nikmat lahiriah ialah sihat, selamat dan kebaikan fizikal yang lain. Manakala nikmat batiniah ialah nilai-nilai keimanan, keyakinan dan kesabaran. Dengan ujian kesusahan misalnya, barulah terbina sifat sabar. Dan sabar itu adalah separuh daripada keimanan.
Ujian juga akan menghapuskan dosa dan kesalahan seseorang terhadap Allah. Nabi Isa pernah berkata, ”belum dikatakan seorang itu kenal Allah, sebelum dia bergembira dengan musibah dan penyakit ke atas dirinya, kerana berharap supaya dihapuskan kesalahannya.” Bila kita benci dengan ujian, ertinya belum kenal Allah dan (kerana) tidak faham itulah cara (kaedah) Allah mengampunkan dosa kita. Bila kita gembira (terima dengan baik) ujian itu, kerana yakin bahawa yang datangkan ujian itu juga adalah Allah.
Jadi, apabila kita ditimpa ujian maka berusaha dan berikhtiarlah untuk menangani ujian itu tetapi jangan sesekali lupa mencungkil hikmahnya. Oleh yang demikian, apabila diuji, terimalah dengan baik dengan mencari hikmah-hikmahnya kerana tidak ada takdir Allah yang tidak ada hikmahnya. Ingatlah, bahawa orang soleh itu bila diuji, hikmah-hikmah ujian akan mendekatkan mereka kepada Allah.
Jangan sesekali kita menjadi orang yang rugi yakni mereka yang buta daripada melihat hikmah justeru akal dan hati hanya melihat sesuatu yang selari dengan hawa nafsunya sahaja. Ingatan para hamba yang soleh kepada Allah akan bertambah dengan ujian-ujianNya. Mereka merasakan ujian itu satu petanda yang Allah telah memilih mereka. Mereka sentiasa berbaik sangka dengan Allah dengan cara menyedari (mencari) bahawa setiap yang berlaku samada pahit atau manis pasti ada hikmahnya. Mereka tidak melihat hanya ’asbab’ (sebab-sebab) tetapi matahati mereka dapat menjangkau ’musabbabil asbab’ (Penyebab – Tuhan).
Hati mereka berkata:
”Inilah hakikat hidup yang dipilih Allah untukku. Aku akan terus berbaik sangka kepada Allah… DIA akan mengubat, melapang dan memberi kemenangan di sebalik ujian ini. Ya, aku tidak tahu, kerana ilmuku terbatas. Tetapi kerana Allah yang Maha Penyayang telah memilih ujian ini untuk diriku maka aku yakin ilmu-Nya Maha luas. Yang pahit ini akan menjadi ubat. Yang pedih ini akan menjadi penawar. Ya, Allah tingkatkanlah imanku bagi mendepani setiap ujian dari-Mu!”
Jika hendak dikirakan ’beriman’ dengan Allah, iblis laknatullah sepatutnya lebih tinggi imannya kepada Allah. Masakan tidak, dia pernah berdialog dengan Allah (dialog yang telah dirakamkan dalam Al Quran). Dia percaya kepada syurga dan neraka. Bukan sahaja percaya bahkan telah melihatnya. Syaitan yakin tentang adanya Hari Pembalasan.. Hendak diukur dari segi ibadah, ya ibadah iblis begitu hebat. Puluhan ribu tahun sujud, rukuk dan membesarkan Allah hingga terlantik sebagai ketua malaikat. Cuma satu… syaitan kecundang kerana tidak dapat menerima takdir Allah.
Takdir yang menentukan Adam dipilih menjadi Khalifah dan dia diperintahkan sujud lambang hormat kepada Allah dalam mentaati Allah. Syaitan tidak boleh menerima takdir ini.. Mengapa dia yang dijadikan daripada api (sedangkan Adam hanya daripada tanah), mengapa dia yang lebih ’senior’ dalam ibadah dan hiraki kepimpinan tidak terpilih menjadi khalifah, sedangkan Adam hanya ’pendatang’ baru yang diciptakan terkemudian?
Iblis sombong kerana tidak menerima ketentuan takdir. Dan dia terhina kerana itu. Lalu kita siapa yang mampu menidak dan meminggirkan takdir? Allah, itu Maha Besar, qudrat dan iradatnya tidak akan mampu kita nafikan. Jika cuba menafikan, kita akan terhina… seperti terhina iblis. Dilaknat dan dimasukkan ke neraka… kerana gugur sifat kehambaannya!
Dalam episod hidup, takdir datang menguji kita. Mengapa aku mendapat suami yang begini? Mengapa isteriku tidak sebegitu? Kenapa ketua ku orang semacam dia? Kenapa anak ku cacat? Mengapa isteri tersayang ku pergi dulu? Kenapa aku tidak kaya-kaya lagi walaupun telah berusaha. Bila masalah melanda kita merasakan kitalah yang paling menderita. Mengapa aku yang tertimpa nasib begini? Mulut berbicara mengaku Allah itu Tuhan kita tetapi mengapa kehendak-Nya kita tidak rela? Benarnya, masalah, ujian dan cabaran dalam hidup itu sangat berkaitan dengan iman.
Iman iblis hancur berderai bila diuji dengan takdir. Ego terpendamnya selama ini terserlah. Terbakar hangus seluruh ibadah yang dibinanya ribuan tahun. Aduh, bagaimana pula kita yang iman hanya setipis kulit bawang dan ibadah yang hanya sekelumit ini? Pujuklah hati, terima takdir itu dengan rela. Katakan, ya Allah… sungguh sakit, sungguh perit, tapi apakan daya, aku hambaMu, Kau lebih tahu apa yang terbaik untukku berbanding diriku sendiri. Ya Allah, jangan Kau serahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekelip mata. Tadbirku seluruh dan sepenuh sujud pada takdir MU.
Takdir sentiasa mengatasi tadbir. Takdir daripada Allah, sedangkan tadbir hanya dari kita hamba-Nya. Kekadang takdir dan tadbir selari, maka terjadilah apa yang kita inginkan terjadi. Namun acapkali takdir dan tadbir bersalahan, maka terjadilah apa yang kita tidak inginkan. Kita ingin putih, hitam pula yang menjelama. Kita dambakan kejayaan, kegagalan pula yang menimpa. Ketika itu hati akan bertanya, apa lagi yang tidak kena? Semuanya telah kutadbirkan, tetapi kenapa gagal jua? Ketika itu timbullah bunga-bungan ’pemberontakan’ dari dalam diri hamba yang kerdil berdepan dengan Tuhan yang Perkasa. Samada di sedari atau tanpa disedari…
Takdir daripada Allah mengandungi banyak hikmah. Ia mengandungi mehnah (didikan langsung dari Allah) yang kekadang tersembunyi daripada pengamatan fikiran biasa. Ilmu semata-mata tanpa iman yang kuat, akan menyebabkan kita terkapa-kapa dalam ujian hidup tanpa pedoman yang tepat. Justeru dengan akal semata-mata kita tidak akan dapat meringankan perasaan pada perkara-perkara yang tidak sejalan dengan diri dan kehendak kita. Mengapa terjadi begini? Sedangkan aku telah berusaha?
Untuk mengelakkan hal itu terjadi maka kita mesti berusaha mencari-cari hikmah-hikmah yang terkandung dalam ketentuan (takdir) Tuhan. Ya, hanya manusia yang sempurna akal (ilmu) dan hati (iman) sahaja dapat menjangkau hikmah yang terkandung di dalam cubaan dan bala yang menimpa duirinyanya. Kata orang, hanya jauhari mengenal manikam.
Orang yang begini akan menjangkau hikmah di sebalik takdir. Dapat melihat sesuatu yang lebih tersirat di sebalik yang tersurat. Ya, mereka tidak akan beranggapan bahawa sifat lemah-lembut Allah lekang daripada segala bentuk takdir-Nya – samada yang kelihatan positif atau negatif pada pandangan manusia. Ertinya, mereka merasai bahawa apa jua takdir Allah adalah bermaksud baik. Jika sebaliknya, mereka merasakan bahawa Tuhan bermasud jahat dalam takdir-Nya, maka itu petanda penglihatan hati tidak jauh, dan akalnya pendek.
Mengapa terjadi demikian? Sebab iman belum mantap, keyakinan masih lemah dan tidak kenal Allah dalam ertikata yang sebenarnya. Bila ketiga-tiga faktor itu sempurna, maka barulah sesorang itu mampu melihat bahawa di dalam cubaan dan bala yang ditakdirkan mengandungi hikmah-hikmah yang baik. Hanya dengan itu, seseorang itu akan merasa senang dan bahagia dalam menghadapi sebarang ujian dalam hidupnya.
Bagaimana kita dapat meringankan beban hati ketika menghadapi ujian hidup? Ya, hanya pertalian hati seorang hamba dengan Allah sahaja yang menyebakan ringannya ujian dan cubaan. Hati yang disinar dengan cahaya Allah dan cahaya sifat-sifat-Nya akan berhubung dengan Allah. Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, hendak dikenal bahawa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahawa keputusan (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik.
Bila kita kenal Allah Maha Pengasih dan Penyayang, kita tak boleh buruk sangka kepada Allah dengan menganggap apa yang ditakdirkan (ujian) itu adalah sesuatu yang tidak baik. Iktikad (yakin) kita semua ketentuan Allah itu adalah baik – ujian itu pasti ada muslihat yang tersembunyi untuk manusia, akan menyebabkan hati terubat. Walaupun pahit, ditelan jua. Sematkan di hati bahawa pilihan Allah untuk kita adalah yang terbaik tapi kita tidak atau belum mengetahuinya. Bila terjadi nanti, barulah kita tahu.
Katalah kita ditimpa penyakit atau kegagalan… itu mungkin pada hakikatnya baik pada suatu waktu nanti. Betapa ramai, mereka yang sakit, tetapi akhirnya mendapat pengajaran yang besar di sebalik kesakitannya. Contohnya, apa yang berlaku kepada Cat Steven… yang sakitnya itulah yang menyebabkan beliau mendapat hidayah dan akhirnya memeluk Islam? Dan betapa ramai pula yang gagal pada mulanya tetapi dengan kegagalan itu bangkit jiwa juang yang lebih kental yang akhirnya membuah kejayaan? Hingga dengan itu masyhurlah kata-kata bahawa kegagalan itu hakikatnya adalah kejayaan yang ditangguhkan!
Para ahli hikmah (bijaksana) merumuskan bahawa, antara hikmah ujian ialah, hati akan lebih tumpuan kepada Allah. Dengan ujian, seseorang akan dapat menambah tumpuan dan penghadapannya kepada Allah. Sebab bala dan ujian bertentangan dengan kehendak, keinginan dan syahwat manusia, seperti sakit, rugi, miskin dan lain-lain. Dengan ini nafsu akan terdesak, tidak senang dan ingin lepas daripada ujian. Bila nafsu terdesak, ia akan terdidik secara langsung. Ia akan tertekan dan menjadi jinak. Hakikat ini akan membuka pintu rahmat Allah kerana nafsu yang liar sangat mengajak kepada kejahatan. Bila nafsu hilang kekuatannya maka manusia tidak akan jatuh ke lembah dosa dan maksiat dengan mudah.
Hati tidak dapat tidak mesti bersabar. Hati akan terdidik untuk redha dan tawakal, kerana yakin Qada dan Qadar Allah pasti berlaku. kerana manusia harus terima, tidak boleh menolak ujian itu. Hamba yang soleh menanggung Qadar dengan sabar (bahkan) gembira dengan pilihan Allah. (Ujian adalah pilihan Allah bukan pilihan manusia). Tidak ada pilihan Allah yang tidak baik. Semuanya baik belaka.
Hakikat ini akan menyebabkan kita akan lebih mendekat kepada agama. Hikmah ini walaupun sebesar atom tetapi bila melekat di hati kebaikannya lebih tinggi dari amal lahiriah walaupun sebesar gunung. Justeru, bila hati baik semua anggota badan menjadi baik. Inilah yang ditegaskan oleh Allah menerusi firman-Nya:
“…Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu sedangkan sesuatu itu merosakkan kamu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak tahu.” Surah Al Baqarah : 216
Sesungguhnya, dalam ujian Allah terselit nikmat-Nya. Mungkin kita tertanya-tanya apakah nikmatnya bila sakit, miskin, gagal, dihina dan sebagainya? Hendaklah kita faham bahawa nikmat di sisi Allah itu terbahagi dua. Pertama, nikmat lahir. Dan kedua, nikmat batin (rohaniah). Nikmat lahiriah ialah sihat, selamat dan kebaikan fizikal yang lain. Manakala nikmat batiniah ialah nilai-nilai keimanan, keyakinan dan kesabaran. Dengan ujian kesusahan misalnya, barulah terbina sifat sabar. Dan sabar itu adalah separuh daripada keimanan.
Ujian juga akan menghapuskan dosa dan kesalahan seseorang terhadap Allah. Nabi Isa pernah berkata, ”belum dikatakan seorang itu kenal Allah, sebelum dia bergembira dengan musibah dan penyakit ke atas dirinya, kerana berharap supaya dihapuskan kesalahannya.” Bila kita benci dengan ujian, ertinya belum kenal Allah dan (kerana) tidak faham itulah cara (kaedah) Allah mengampunkan dosa kita. Bila kita gembira (terima dengan baik) ujian itu, kerana yakin bahawa yang datangkan ujian itu juga adalah Allah.
Jadi, apabila kita ditimpa ujian maka berusaha dan berikhtiarlah untuk menangani ujian itu tetapi jangan sesekali lupa mencungkil hikmahnya. Oleh yang demikian, apabila diuji, terimalah dengan baik dengan mencari hikmah-hikmahnya kerana tidak ada takdir Allah yang tidak ada hikmahnya. Ingatlah, bahawa orang soleh itu bila diuji, hikmah-hikmah ujian akan mendekatkan mereka kepada Allah.
Jangan sesekali kita menjadi orang yang rugi yakni mereka yang buta daripada melihat hikmah justeru akal dan hati hanya melihat sesuatu yang selari dengan hawa nafsunya sahaja. Ingatan para hamba yang soleh kepada Allah akan bertambah dengan ujian-ujianNya. Mereka merasakan ujian itu satu petanda yang Allah telah memilih mereka. Mereka sentiasa berbaik sangka dengan Allah dengan cara menyedari (mencari) bahawa setiap yang berlaku samada pahit atau manis pasti ada hikmahnya. Mereka tidak melihat hanya ’asbab’ (sebab-sebab) tetapi matahati mereka dapat menjangkau ’musabbabil asbab’ (Penyebab – Tuhan).
Hati mereka berkata:
”Inilah hakikat hidup yang dipilih Allah untukku. Aku akan terus berbaik sangka kepada Allah… DIA akan mengubat, melapang dan memberi kemenangan di sebalik ujian ini. Ya, aku tidak tahu, kerana ilmuku terbatas. Tetapi kerana Allah yang Maha Penyayang telah memilih ujian ini untuk diriku maka aku yakin ilmu-Nya Maha luas. Yang pahit ini akan menjadi ubat. Yang pedih ini akan menjadi penawar. Ya, Allah tingkatkanlah imanku bagi mendepani setiap ujian dari-Mu!”
Isnin, Jun 18, 2012
Syaaban dan Kelebihannya
REJAB sudah meninggalkan kita dengan seribu satu kelebihan. Berbahagialah mereka yang mengambil sepenuh kesempatan dari fadhilatnya. Jika diizinkan Allah kita akan berkesempatan bersama Rejab pada tahun hadapan.
Kini muncul pula bulan SYAABAN. Bulan yang berada di tengah-tengah antara Rejab dan Ramadan. Bulan yang juga penuh dengan fadhilat dan keberkatannya.
Hukamak berpendapat, bulan Rejab adalah bulan kesempatan untuk kita meminta ampun dari segala dosa, bulan Syaaban pula adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dari segala macam cela manakala Ramadan pulan bulan untuk mengubat hati dan jiwa.
Syaaban bererti berpecah atau bercerai-berai. Ini kerana mengambil sempena peristiwa orang-orang Arab pada bulan tersebut berkeliaran ke merata tempat untuk mencari air. Ada pula berpendapat, Syaaban bermaksud pemisah iaitu pemisahan antara bulan Rejab dan Ramadan.
Rasulullah saw telah bersabda yang bermaksud:
“Tahukah kamu sekelian, mengapa dinamakan bulan Syaaban? Maka umatnya menjawab: Hanya Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.”
Baginda meneruskan sabdanya: “Kerana di dalam bulan itu berkembanglah kebaikan yang banyak sekali.” (Dipetik dari kitab Raudatul Ulama).
KEUTAMAAN SYAABAN:
Allah swt mengangkat darjat orang yang menghidupkan bulan ini dengan amalan ibadat. Allah juga banyak mengurniakan rahmat kepada hambaNya. Rasullah bersabda yang bermaksud: “Allah mengangkat amalan-amalan semua hambaNya pada bulan ini.”
Orang yang membesarkan bulan ini dengan beribadat, akan terpelihara dari maksiat. Taubatnya diterima juga terselamat dari mara bencana pada tahun berkenaan. Sabda Rasulullah saw lagi yang bermaksud: “Barang siapa yang membesarkan Syaaban dan bertakwa kepada Allah swt serta taat dan juga menahan diri daripada maksiat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan menyelamatkannya daripada segala bencana yang berlaku pada tahun itu, juga daripada sakit-sakit.”
Kasih dan ketaatan orang yang beribadat pada tahun itu terhadap Allah akan kekal. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: “Barangsiapa yang menghidupkan malam dua hariraya dan malam pertengahan bulan Syaaban, maka hatinya tidak mati biarpun semua hati mati ketika itu.”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim daripada Saidatina Aisyah Radhiallahuanha, dia telah berkata yang bermaksud: “Adalah Rasulullah saw sering berpuasa hingga kami menyangka bahawa Baginda berpuasa berterusan dan Baginda sering berbuka sehingga kami menyangka bahawa Rasulullah akan berbuka seterusnya. Aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadan dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sunat dalam sebulan yang lebih banyak dari puasanya di bulan Syaaban.”
Nabi saw pernah bersabda yang bermaksud: “ Keutamaan bulan Syaaban ke atas bulan-bulan yang lain adalah seperti keutamaan aku di atas semua nabi-nabi yang lain, sedangkan keutamaan bulan Ramadan ke atas semua bulan yang lain adalah seperti keutamaan Allah Taala ke atas makhlukNya.”
APAKAH AMALAN YANG WAJAR DILAKUKAN DI BULAN SYAABAN?
Memperbanyakkan puasa sunat:
i. Dalam Kitab Durratun Nasihin dinyatakan bahawa Rasulullah saw bersabda bermaksud: “ Sesiapa yang berpuasa tiga hari pada permulaan Syaaban, tiga hari pertengahannya dan tiga hari pada akhir Syaaban, maka Allah swt mencatat untuknya pahala seperti pahala tujuh puluh nabi dan seperti beribadat tujuh puluh tahun dan apabila dia mati pada tahun itu maka matinya seperti orang mati syahid.”
ii. Jika berpuasa sehari dalam bulan Syaaban akan diharamkan tubuhnya dari api neraka. Dia akan menjadi taulan nabi Yusof di dalam syurga. Diberi pahala seperti pahala nabi Ayub dan Nabi Daud.
iii Jika berpuasa sebulan pada bulan Syaaban, dipermudahkan Allah kepadanya Sakaratulmaut dan ditolaknya (terlepas) daripada kegelapan dalam kubur, dilepaskan daripada huru-hara Mungkar dan Nangkir, ditutup keaibannya di akhirat nanti dan diwajibkan syurga baginya.
iv. Sesiapa yang berpuasa pada awal Khamis di bulan Syaaban dan akhir Khamis (juga dalam Syaaban) dimasukkannya dalam syurga .(Hadis Rasulullah yang dipetik dari kitab al-Barokah.)
v. Rasulullah saw turut bersabda yang bermaksud: “ Dinamakan Syaaban kerana padanya terdapat kebajikan yang amat banyak dan puasa yang lebih afdal sesudah Ramadan ialah puasa bulan Syaaban.”
Perbanyakkan doa, zikir dan berselawat kepada Rasulullah saw:
Sabda Nabi saw yang bermaksud: “Barang siapa yang mengagungkan bulan Syaaban, bertakwa kepada Allah, taat kepadaNya serta menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah swt akan mengampuni segala dosanya dan menyelamatkannya pada tahun tersebut dari segala macam bencana dan penyakit.” (Dipetik dari kitab Zubdatul Wa’izhin)
Bertaubat:
Bulan Syaaban merupakan bulan untuk kita memperbanyakkan taubat kepada Allah swt.
MALAM NISFU SYAABAN:
Malam 15 Syaaban lebih dikenali sebagai malam Nisfu Syaaban.
Pada malam ini umat Islam sangat-sangat disarankan untuk memanfaatkannya kerana malam ini penuh dengan rahmat dan doa sangat mustajab.
Justeru umat Islam disaran untuk menghidupkan malam ini dengan membaca surah Yassin sebanyak tiga kali selepas solat maghrib.
Sumber : Dari catatan Dunia Macam-Macam, Facebook
Kini muncul pula bulan SYAABAN. Bulan yang berada di tengah-tengah antara Rejab dan Ramadan. Bulan yang juga penuh dengan fadhilat dan keberkatannya.
Hukamak berpendapat, bulan Rejab adalah bulan kesempatan untuk kita meminta ampun dari segala dosa, bulan Syaaban pula adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dari segala macam cela manakala Ramadan pulan bulan untuk mengubat hati dan jiwa.
Syaaban bererti berpecah atau bercerai-berai. Ini kerana mengambil sempena peristiwa orang-orang Arab pada bulan tersebut berkeliaran ke merata tempat untuk mencari air. Ada pula berpendapat, Syaaban bermaksud pemisah iaitu pemisahan antara bulan Rejab dan Ramadan.
Rasulullah saw telah bersabda yang bermaksud:
“Tahukah kamu sekelian, mengapa dinamakan bulan Syaaban? Maka umatnya menjawab: Hanya Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.”
Baginda meneruskan sabdanya: “Kerana di dalam bulan itu berkembanglah kebaikan yang banyak sekali.” (Dipetik dari kitab Raudatul Ulama).
KEUTAMAAN SYAABAN:
Allah swt mengangkat darjat orang yang menghidupkan bulan ini dengan amalan ibadat. Allah juga banyak mengurniakan rahmat kepada hambaNya. Rasullah bersabda yang bermaksud: “Allah mengangkat amalan-amalan semua hambaNya pada bulan ini.”
Orang yang membesarkan bulan ini dengan beribadat, akan terpelihara dari maksiat. Taubatnya diterima juga terselamat dari mara bencana pada tahun berkenaan. Sabda Rasulullah saw lagi yang bermaksud: “Barang siapa yang membesarkan Syaaban dan bertakwa kepada Allah swt serta taat dan juga menahan diri daripada maksiat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan menyelamatkannya daripada segala bencana yang berlaku pada tahun itu, juga daripada sakit-sakit.”
Kasih dan ketaatan orang yang beribadat pada tahun itu terhadap Allah akan kekal. Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: “Barangsiapa yang menghidupkan malam dua hariraya dan malam pertengahan bulan Syaaban, maka hatinya tidak mati biarpun semua hati mati ketika itu.”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim daripada Saidatina Aisyah Radhiallahuanha, dia telah berkata yang bermaksud: “Adalah Rasulullah saw sering berpuasa hingga kami menyangka bahawa Baginda berpuasa berterusan dan Baginda sering berbuka sehingga kami menyangka bahawa Rasulullah akan berbuka seterusnya. Aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadan dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sunat dalam sebulan yang lebih banyak dari puasanya di bulan Syaaban.”
Nabi saw pernah bersabda yang bermaksud: “ Keutamaan bulan Syaaban ke atas bulan-bulan yang lain adalah seperti keutamaan aku di atas semua nabi-nabi yang lain, sedangkan keutamaan bulan Ramadan ke atas semua bulan yang lain adalah seperti keutamaan Allah Taala ke atas makhlukNya.”
APAKAH AMALAN YANG WAJAR DILAKUKAN DI BULAN SYAABAN?
Memperbanyakkan puasa sunat:
i. Dalam Kitab Durratun Nasihin dinyatakan bahawa Rasulullah saw bersabda bermaksud: “ Sesiapa yang berpuasa tiga hari pada permulaan Syaaban, tiga hari pertengahannya dan tiga hari pada akhir Syaaban, maka Allah swt mencatat untuknya pahala seperti pahala tujuh puluh nabi dan seperti beribadat tujuh puluh tahun dan apabila dia mati pada tahun itu maka matinya seperti orang mati syahid.”
ii. Jika berpuasa sehari dalam bulan Syaaban akan diharamkan tubuhnya dari api neraka. Dia akan menjadi taulan nabi Yusof di dalam syurga. Diberi pahala seperti pahala nabi Ayub dan Nabi Daud.
iii Jika berpuasa sebulan pada bulan Syaaban, dipermudahkan Allah kepadanya Sakaratulmaut dan ditolaknya (terlepas) daripada kegelapan dalam kubur, dilepaskan daripada huru-hara Mungkar dan Nangkir, ditutup keaibannya di akhirat nanti dan diwajibkan syurga baginya.
iv. Sesiapa yang berpuasa pada awal Khamis di bulan Syaaban dan akhir Khamis (juga dalam Syaaban) dimasukkannya dalam syurga .(Hadis Rasulullah yang dipetik dari kitab al-Barokah.)
v. Rasulullah saw turut bersabda yang bermaksud: “ Dinamakan Syaaban kerana padanya terdapat kebajikan yang amat banyak dan puasa yang lebih afdal sesudah Ramadan ialah puasa bulan Syaaban.”
Perbanyakkan doa, zikir dan berselawat kepada Rasulullah saw:
Sabda Nabi saw yang bermaksud: “Barang siapa yang mengagungkan bulan Syaaban, bertakwa kepada Allah, taat kepadaNya serta menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah swt akan mengampuni segala dosanya dan menyelamatkannya pada tahun tersebut dari segala macam bencana dan penyakit.” (Dipetik dari kitab Zubdatul Wa’izhin)
Bertaubat:
Bulan Syaaban merupakan bulan untuk kita memperbanyakkan taubat kepada Allah swt.
MALAM NISFU SYAABAN:
Malam 15 Syaaban lebih dikenali sebagai malam Nisfu Syaaban.
Pada malam ini umat Islam sangat-sangat disarankan untuk memanfaatkannya kerana malam ini penuh dengan rahmat dan doa sangat mustajab.
Justeru umat Islam disaran untuk menghidupkan malam ini dengan membaca surah Yassin sebanyak tiga kali selepas solat maghrib.
Sumber : Dari catatan Dunia Macam-Macam, Facebook
Langgan:
Catatan (Atom)